Awkward Monday

Malam hari sepulang dari kantor saya berniat tuk berolahraga, sudah seminggu lebih sepertinya saya tidak berolahraga. Badan terasa berat dan kurang bersemangat tuk melakukan aktivitas. Saya pun melihat jam dan waktu menunjukkan pukul 19.45 yang mengindikasikan kalau saya hanya bisa berolahraga paling lama sejam. Oh iya tempat saya berolahraga sejatinya adalah klub fitness yang berusia kurang lebih 30 tahunan dan setiap hari tutupnya memang pukul 21.00 WIB.

Saya berjalan dari kost kesana sekitar 10 menit dan sampai di tempat fitness langsung melakukan pemanasan-pemanasan kecil sekitar 15 menit. Biasanya saya pemanasan dengan sepeda-sepedaan diikuti push up dan sit up beberapa kali. Sehabis itu saya minum sebentar tuk beristirahat sebelum melanjutkan memakai alat yang lainnya sambil menghusap keringat yang telah tercucur teratur.

Suasana sangat sepi karena hanya ada lima orang yang sedang latihan meskipun house music mengalun dengan keras. Beberapa alat bergantian saya coba menurut ritme yang diperlukan oleh tubuh. Sambil meminum air dan membersihkan keringat yang semakin deras mengucur, begitulah aktivitas yang saya lakukan selama kurang lebih lebih 45 menit.

Tanpa terasa waktu hampir menunjukkan pukul 21.00 WIB, mas penjaga sekaligus trainer sudah memberikan lampu hijau tuk bersiap-siap membereskan dan menutup tempat latihan. Saya pun melakukan pendinginan kemudian menghabiskan sisa air minum yang tinggal beberapa tetes.

Saat membereskan perlengkapan, saya terkejut melihat botol munuman saya berada di dalam tas dengan kondisi masih penuh. Dan saat itu juga saya melihat botol minuman yang telah dihabiskan memang benar-benar sudah habis.
ASTAGANAGA ternyata saya salah mengambil minuman, botol minuman Aq*a tersebut ternyata milik seseorang yang latihan di sebelah saya.
Pantas saja dia membeli minuman lagi dengan volume yang jauh lebih kecil. Saya merasa malu bercampur bersalah.
Saya hendak menegurnya namun saya malu karena masih ada beberapa orang lagi di tempat itu. Saya rasa dia juga memiliki beberapa pertanyaan untuk saya namun merasa kurang enak hati untuk menanyakan.

Lampu semua dimatikan dan pintu ditutup.
Saya pelan-pelan melangkah meninggalkan tempat dengan beberapa pertanyaan yang belum sempat dijawab bahkan ditanyakan.
Semoga hal seperti ini tidak terulang kembali di kemudian hari....
I'm sorry brooo....
Hehehe.........

17 Agustus Nyogyakarto

Selamat malam kawan,
Bagaimana kabarnya setelah lumayan lama kita tidak bertegur sapa..
Semoga semuanya sehat dan lancar dalam semua kesibukannya ya.

Hari Kemerdekaan 17 Agustus baru saja kita lewati bersama, sungguh sangat berkesan pastinya moment sekali setahun tersebut. Mumpung belum terlalu lama, saya ingin share tentang pengalaman saya di hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ini bukan hal yang berkaitan dengan upacara bendera karena kebetulan saya juga tidak mengikuti kegiatan upacara di kantor. Ini juga bukan hal yang berkaitan dengan lomba balap karung atau bola sepak seperti yang dilakukan Bapak Jokowi untuk menghibur ribuan warga di sekitar waduk Pluit bersama para selebritis. Dan ini juga bukan tentang hal arak-arakan seperti yang dilakukan marching band  mengelilingi kota. Lha terus berkaitan dengan hal apakah sharing saya ini?

Pagi hari, 17 Agustus 2014 saya bangun pukul 06.30 WIB sebelum akhirnya tertidur lagi dan bangun kembali pukul 08.00 WIS (Waktu Indonesia Sebenarnya) hehehe...
Saya langsung mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke Gereja. Oia tanggal 17 Agustus kali ini jatuh di hari Minggu dan saya lagi berada di kota Gudeg Jogjakarta karena di hari sebelumnya menghadiri acara pernikahan teman sekantor.

Sampai di Gereja (GKI Ngupasan) yang letaknya tidak jauh dari Malioboro dan Alun-alun kota Jogja, saya langsung masuk bersama adik saya. Di sana kami beribadah seperti ibadah minggu biasanya, namun hal yang menjadi pembeda adalah kami menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Walaupun saya tidak bisa mengikuti upacara di kantor ternyata suasana kemerdekaan di gereja tidak jauh berbeda. Selain itu sehabis khotbah kami juga menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Padahal sebelumnya kami sudah sepakat tuk ibadah di HKBP Kota Baru namun dikarenakan beberapa hal non teknis akhirnya kami jadi ibadah di GKI Ngupasan.

Sehabis khotbah ternyata ada moment kesaksian dari seorang pemuda yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pada awal si pemuda memperkenalkan diri dan langsung memulai kesaksiannya rasa bosan sudah terlihat di beberapa jemaat yang hadir dan termasuk saya. Namun begitu beberapa foto ditayangkan di layar dan video diputar, perasaan kami langsung bercampur antara terharu, speechless, gembira, dan yang paling penting benar-benar merasakan yang sesungguhnya.

Pemuda tersebut bernama Bram dan seorang yang berasal dari Purwakarta. Sehabis kuliah di salah satu perguruan tinggi jurusan Teknik Mesin, Bram terpanggil untuk melayani di Tanah Papua. Berbagai informasi dia cari demi mewujudkan impiannya itu, meskipun keluarga dan orang tua tidak menyetujuinya dikarenakan Bram ke Papua belum menemukan tujuan yang jelas seperti tempat, apa yang dilakukan dan bagaimana nantinya kehidupan disana. Namun hal itu tidak mengurungkan niat Bram untuk berangkat ke Papua.

Pada tahun 2009 Bram berangkat ke Papua bermodalkan uang 2 juta. Dia akhirnya memutuskan pergi ke suatu tempat yang masih primitif yang jaraknya mencapai 3 hari bila berjalan kaki setelah turun dari pesawat capung. Kampung itu bernama Pipal dan sudah pasti kita belum pernah mendengarnya bukan?
Disana Bram mengajar beberapa anak yang masih buta huruf dan orangtua yang masih memiliki keinginan untuk belajar. Bahkan hal memakai baju juga diajarkan Bram karena pada dasarnya mereka lebih terbiasa memakai koteka. Baju tersebut bisa dipakai dalam waktu yang cukup lama karena persediaan yang masih sangat minim dan sabun untuk mencuci baju juga belum ada. Hal inilah yang membuat beberapa orang mengidap penyakit kusta dan kulit lainnya.
Dihadapkan dengan situasi ini, Bram terpaksa menjadi tenaga medis dadakan dengan peralatan dan pengetahuan yang sangat terbatas. Jika bantuan medis tidak berhasil dilakukan maka bisa-bisa nyawa Bram yang menjadi taruhannya. Puji Tuhan Bram bisa meringankan penyakit mereka dengan berbekan sumber daya alam yang dimiliki.

Warga disana juga baru mengenal Perjanjian Baru dalam Alkitab sehungga hampir setiap hari Bram berbagi tentang Firman Tuhan (Perjanjian Lama) kepada mereka.
Ada beberapa hal yang sudah dari waktu lama diinginkan oleh warga namun salah satu hal yang benar-benar diinginkan adalah warga ingin diperhatikan pemeritah setempat agar dapat lebih maju lagi dari segi pendidikan, persediaan bahan pokok, dan akses yang lebih cepat. Ternyata untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan alat transportasi dan yang paling mungkin adalah menggunakan pesawat capung atau helikopter. Hal yang mustahil dilakukan dikarenakan desa itu belum memiliki tempat untuk mendarat ataupun landasan pesawat atau helikopter. Bram pun berpikir keras bagaimana untuk menyelesaikan masalah ini.

Akhirnya Bram mengajak warga tuk bekerjasama meratakan tempat yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar dan tumbuhan liar. Berbekal linggis dan alat potong yang minim maka mereka bekerjasama untuk mewujudkan mimpinya. Bram membutuhkan waktu 3 tahun untuk menyelesaikan semuanya, sungguh waktu yang cukup lama jika kita bandingkan apabila dikerjakan dengan alat-alat berat seperti di perkotaan. Berkat usaha dan hasil kerja keras mereka maka mimpi mereka akan menjadi kenyataan.

Bram pun menghubungi rekan yang berada di kota Papua untuk menindaklanjuti hasil pekerjaan mereka apakah sudah layak untuk mendaratkan pesawat disana. Setelah beberapa hari ternyata Bram mendapatkan informasi yang kurang memuaskan, pesawat tidak bisa mendarat dikarenakan landasan tidak sesuai dengan standard penerbangan internasional, bila dipaksakan nantinya akan terjadi kecelakaan. Bram merasa putus asa seketika karena apa yang dikerjakannya selama ini dengan warga adalah hal yang sia-sia. Apa yang akan dikatakannya kepada warga nantinya?
Bram mencari cara lagi bagaimana menyelesaikan masalah ini. Dia berdoa kepada Tuhan.

Bram menghubungi temannya pilot dan mengajak untuk datang ke desanya melihat keadaan yang sebenarnya. Temannya menawarkan untuk naik helikopter namun Bram tidak memiliki uang yang cukup membiayai heli tersebut. Mereka pun jalan kaki selama 3 hari menuju ke desa. Sampai di desa, pilot tersebut mulai mengukur berapa sebenarnya tingkat kemiringan dan kelayakan pendaratan pesawat disana. Pilot juga sambil mengajarkan bagaimana cara mengukur kepada warga disana sambil diiringi tari-tarian khas daerahnya.

Si pilot pun akhirnya mengatakan bahwasanya landasan sudah layak untuk digunakan dan siap untuk mendaratkan pesawat capung untuk mengantar beberapa logistik dan peralatan lainnya yang dibutuhkan warga Pipal. Warga sangat bersukacita mendengarnya dan langsung berpesta memberikan penghargaan kepada Bram dan pilot berkat kerja kerasnya selama ini. Pada bulan Juni tahun 2013 akhirnya pesawat pertama kali mendarat di Pipal.

Sungguh mujizat yang terjadi di dalam kehidupan Bram akan pelayanan tulus yang dilakukannya selama di Tanah Papua. Hal yang tadinya tidak mungkin menjadi bisa dilakukan karena Bram selalu berpegang teguh "Bagi Tuhan tak ada yang Mustahil" jika kita melakukannya dengan ikhlas dan kerja  dengan hati yang tulus.
Apabila hal kecil yang kita lakukan dapat membuat orang merasa bersyukur dan bersukacita, bagaimana lagi jika hal besar yang kita lakukan?

Saya merasa kesaksian Bram ini sungguh sangat menginspirasi bagi kita apalagi Generasi Muda di dalam merayakan Kemerdekaan RI yang ke-69 tahun. Semoga kita bisa lebih peka lagi akan apa yang terjadi di sekitar kita. Semoga kita dapat benar-benar menjadi Terang bagi orang yang ada di sekeliling kita dan Terang bagi Indonesia tentunya.

Salam...
MERDEKA....

Kejaran Tawang Jaya

Hello Stasiun Senen,
Pagi ini fantastis banget, bangun jam 6 langsung cuci muka. Kereta Tawang Jaya seperti biasa berangkat jam 6.20 dan itu mengatakan bahwa waktu saya hanya tinggal beberapa menit lagi menuju stasiun.
Ojek yg biasa ada di depan kost ternyata nihil, berati saya harus lebih bergegas lagi ke stasiun. Tiba-tiba ada seorang bapak yang mungkin iba melihat saya berlari-lari tak tentu. Saya langsung mengatakan ke Senen berapa pak?
Bapak tersebut mengatakan naik saja, dan saya segera mengatakan kalau waktu sudah sangat mepet pak, saya ketinggalan kereta ini. Baik kita segera cusss kata si bapak.

Sepeda motor segera dilaju dan hanya si bapak yang mengenakan helm. Mungkin si bapak memang bukan tukang ojek makanya tidak mempersiapkan dua helm. Saya juga berharap sedikit cemas semoga bapak polisi pagi ini tidak pedekate dengan kami. Aminnn...

Di perjalanan saya langsung mempersiapkan tiket kereta dan beberapa lembar uang 5ribuan tuk membayar ojek. Dag Dig Dug dan ternyata kami tiba di stasiun senen. Si bapak ingin mengantarkan saya masuk ke dalam stasiun namun saya menolak karena berpikir kalau saya akan lebih cepat dengan berlari-lari sampai ke kereta.

Sayamemberikan beberapa lembar uang lima ribuan dan mengatakan kalsu kurang nanti saya tambahin pak, saya sudah telat ini. Kebetulan di tengah perjalanan tadi saya sudah menanyakan dimana si bapak tinggal.
Dan HORE saya tidak ketinggalan kereta.
Adrenalin pagi ini mengingatkan saya tuk selalu bersyukur apalagi berkat kehadiran si bapak yang membuat saya tidak jadi ketinggalan kereta.

Tut...tut...tutt... Kereta berangkat menuju kota lumpia...
Thank's God...
Thank's Bpk Ojek....

Gong Xie Fat Chai Suprises


Suasana Imlek di Living World Serpong BSD
29 Januari 2014
Sewaktu menjenguk rekan kerja di rumah sakit saya menerima telepon dari papa yang memberi sinyal kalau sekarang doi lagi berada di Jakarta. Si papa memang selalu begitu, memberi kabar mendadak dengan hal yang berkaitan dengan kedatangan. Dulu sewaktu saya masih menjalani masa perkuliahan di Semarang si papa selalu memberi kejutan, tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu kost. Bisa dikatakan papa orang teromantis di dunia, kepada anaknya saja bisa begitu bagaimana lagi kepada istrinya. hehe..
Tetapi kedatangan papa kali ini mungkin bisa 1-2 hari, biasanya sekilas saja bertemu beberapa jam dan langsung pulang ke rumah dikarenakan akhir pekan ini ada libur Imlek (long weekend). Saya langsung mengkomunikasikan kepada adik-adik yang berada di Bandung & Yogyakarta, ternyata mereka bisa datang ke Jakarta untuk berlibur sejenak bersama.

Pose Teranyar di Depan Istana Negara

30 Januari 2014
Saya mengusulkan kepada papa kalau hari imlek nanti pergi berkunjung ke rumah sepupu di Serpong, kebetulan kami memiliki sepupu disana yang merayakan imlek. Namun sebelumnya kami menghabiskan waktu dulu di Jakarta bersama adik-adik untuk sharing tentang pengalaman selama ini. Adik-adik memang lagi memasuki masa semester akhir di perkuliahannya, sibuk menyusun skripsi, sibuk mencari data dan inspirasi, sibuk revisi ini itu dan sibuk-sibukan lainnya.
Sambil sharing kami berjalan di daerah Pecenongan (wisata kuliner) dan kemudian melanjutkan jalan ke Monumen Nasional. Beruntung pada saat itu hujan tidak mengguyur sehingga kebersamaan kami kali itu benar-benar terasa indah dan mesra. Yang kurang hanya satu yaitu mama tidak bersama dengan kami karena kesibukan mama di Siantar dan memang kedatangan papa yang tidak terencana sebelumnya.
        Pose di Monumen Nasional
Ondel-Ondel Pose



















31 Januari 2014
Esok harinya kami jalan ke Serpong dijemput oleh amangboru (om-red).  Sampai disana kami bertemu dengan sepupu dalam keadaan sukacita, apalagi mereka memiliki dua orang anak yang masih balita sehingga sangat lucu dan menggemaskan Siangnya kami berkumpul bersama tulang (paman-red), nantulang (bibi-red), amanguda (om-red) dan inanguda (bibi-red) yang sudah lama tidak kami jumpai. Terakhir bertemu saat saya dan adik-adik saya masih kecil, lugu dan polos. Bercerita dan saling mengingat masa lalu mulai A sampai Z, waktu pun tidak terasa cepat berlalu. Meskipun kami pada umumnya orang Batak namun di akhir acara perkumpulan tersebut, si bou (bibi-red) membagi-bagikan angpao kepada anak-anak. Budaya Batak bercampur dengan Chinese yang membuat rasa kekeluargaan tetap harmonis.

                          Makan Bersama Keluarga
Keluarga Besar Hasibuan
1 Februari 2014
Bangun subuh tuk mengantar papa yang akan pulang ke Pematangsiantar, adik-adik juga bersiap-siap berangkat mengantar papa ke bandara. Beberapa hari yang berkesan bertemu dengan papa dan sepupu sehingga bisa refresh sejenak dengan aktivitas yang biasanya dilakukan selama ini. Semoga dapat bertemu kembali di waktu yang akan datang.

Selamat Hari Imlek....
Gong Xie Fat Chai...

The Three Musketers

Pose di Mall Living World




Floods Effect

Tiap Pagi saat saya membaca Headline di salah satu surat kabar yang selalu berisi tentang Floods, Floods dan Floods. Sudah lebih dari tiga hari saya membaca tentang banjir yang terjadi di kota tempat saya berdomisili, bahkan banjir di kota lain sejenak terlupakan. Di kota Manado terjadi banjir Bandang, di Kabupaten Karo Sumatera Utara juga terjadi Erupsi Gunung Sinabung namun mengapa banjir di Jakarta lah yang paling disorotin? Di benak saya terekam karena kota ini merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan, sedangkan di benak saya lainnya terekam jikalau banjir juga bisa berbau politis.


sumber : www.dapurpacu.com
Banjir memang membuat aktivitas menjadi kurang maksimal dilakukan, namun banjir di Jakarta bukanlah sesuatu hal yang baru terjadi. Di masa Pemerintahan Gubernur sebelumnya (Sutiyoso & Foke-red) banjir juga sudah mendarah daging. Berbagai solusi dicari untuk mengurangi debit air yang mengakibatkan banjir namun banjir tak kunjung mereda, sama halnya yang telah dilakukan Gubernur Jakarta saat ini (Jokowi-red). Komunikasi dengan Pejabat Pemerintah Daerah dan Pusat intens dilakukan demi mengurangi dampak banjir yang berkepanjangan. Banyak yang mendukung dan banyak juga yang mencela kinerja Jokowi-Ahok, apalagi menuju Pilpres 2014. Elektabilitas Jokowi yang kian menanjak menuju Pemilihan Presiden Tahun 2014 dijadikan boomerang akan kinerja beliau sebagai Gubernur DKI, meskipun sampai saat ini Jokowi belum menentukan sikapnya. Bila ditanya soal peluang Jokowi Nyapres di Pilpres 2014, beliau mengatakan "Saya ngurus banjir disini saja dulu."

sumber : www.tempo.co.id
Nada-nada sumbang yang kontra seperti Amien Rais mengatakan Jokowi harus meminta maaf kepada warga bahwasanya belum bisa menyelesaikan masalah banjir di Jakarta.  Ruhut Sitompul juga mengatakan Jokowi gagal memenuhi janji-janji sewaktu mencalon sebagai Gubernur DKI-Jakarta. Bahkan Politisi Gerindra Martin Hutabarat juga menyuarakan hal yang sama, dimana kita mengetahui sebelumnya Gerindra sangat mendukung Pemerintahan Jokowi-Ahok namun pada saat ini hal tersebut tampaknya sudah berubah.

Semakin banyak yang menyerang Jokowi-Ahok maka beliau akan semakin serius menangani masalah banjir dan sesuatu yang sah-sah saja nantinya jikalau elektabilitasnya akan terus meningkat pesat dibandingkan dengan calon-calon lainnya. 
Mantan Gubernur Sutiyoso dan Foke saja yang totalnya sudah 15 thn menjabat saja tidak bisa mengatasi banjir, masa yang 15 BULAN sudah dikatakan GAGAL mengatasi banjir? 

sumber : www.merdeka.com
Saya bukan Jokowi Lovers namun saya hanya menuliskan apa yang saya lihat dan rasakan. Pasti ada yang berbeda dengan opini yang saya sampaikan dan ada juga yang senada namun saya rasa itu tidaklah penting. Yang terpenting bagaimana usaha kita untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah banjir yang kerap terjadi selama ini. Seperti kata Jokowi "Jangan hanya rapat dan ngomong saja, yang penting itu action-nya"

Banjir Bandang Manado  
(www.sindonews.com)












Erupsi di Sinabung
(www.tribunnews.com)














Semoga korban banjir di Jakarta tetap semangat dan berharap agar masalah banjir segera terselesaikan,  begitu juga Korban Banjir Bandang di Manado dan Korban Erupsi Gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara. 

God Blesses Indonesia...

Batam Merona

Sebuah pulau terlihat saat berlayar di KM. Kelud
Kring... Kring... Kring..
Telepon kantor berbunyi dan saya mengangkatnya, "Selamat Siang bagian Anggaran & Analisa Lapkeu, ada yang bisa dibantu?", "Saya ingin berbicara dengan Moreys", "Iya saya sendiri Bu" Dari suaranya saya sudah mengenali si ibu yang mengisyaratkan saya harus segera ke ruangan beliau. Sampai di ruangannya saya ditugaskan pergi ke Batam besok untuk menemani Bapak Ibu dari Kementerian Perhubungan melakukan verifikasi di Kapal dan Cabang. Saya pun mempersiapkan segala sesuatunya untuk tugas tersebut.

KM. Kelud Surabaya
Besok harinya saya pergi ke Pelabuhan Tanjung Priok tempat kami berkumpul menaiki kapal KM. Kelud menuju Batam. Banjir dan hujan deras menemani kemesraan pagi saya, begitu juga penumpang lainnya yang hendak menaiki kapal. Melihat keadaan yang kurang bersahabat, jadwal kapal pun diundur keberangkatannya sekitar 2,5 jam.
Di perjalanan awalnya saya merasa baik-baik saja karena sebelumnya juga sudah menaiki kapal tersebut Namun ombaknya memang beda saat itu, dikarenakan musim hujan yang tidak menentu sehingga goncangan kapal sangat terasa. Biasanya saya tidak pernah minum obat mabok, saya pun meminumnya tuk mengembalikan kondisi fisik saya. Bapak ibu dari Kementerian Perhubungan juga merasakan hal yang sama, padahal mereka sudah sangat sering menaiki kapal untuk melakukan tugas yang sama.

Verifikasi yang dilakukan di Kapal KM. Kelud

Bercanda tuk menghilangkan stress akibat  mabok ombak 

Beberapa aktivitas yang kami lakukan di kapal membuat waktu begitu cepat berlalu. Dari percakapan yang dilakukan dengan Nakhoda dan awak kapal, guyonan-guyonan kecil membuat kami semua terhibur dan rasa mabok alias puyeng pun hilang seketika.Saya juga berbincang-bincang sedikit dengan Penjaga cafe yang sudah memiliki asam garam dari kapal yang satu dan kapal lainnya. Jamuan mereka yang ikhlas membuat suasana menjadi lebih hangat, sayangnya waktu hanya sebentar saja dikarenakan kapal akan tiba di Pelabuhan Sekupang Batam. 

Bapak & Ibu dari Kementerian Perhubungan

Naik ke anjungan kapal saya melihat Nakhoda dan Mualim sedang serius saat kapal akan sandar, keseriusan mereka mengukur berapa jarak yang ditempuh agar kapal dapat berlabuh dengan sempurna. Sampai akhirnya kami pamitan kepada para awak kapal karena telah sampai tujuan dan menginjakkan kaki di Pulau Batam. Ini yang kedua kalinya saya ke Pulau yang bersebrangan langsung dengan negara tetangga, bedanya untuk perjalanan kali ini saya akan menginap satu malam.

Nakhoda dan Mualim bersiap tuk Kapal Sandar

Foto bersama Nakhoda KM. Kelud
























Kami langsung menuju Kantor Cabang Batam untuk melakukan kewajiban yang harus diselesaikan. Sekitar pukul 21.00 kami menuju tempat makan dan penginapan. Hawanya memang beda, pemandangan indah berupa kerlipan lampu-lampu dan kerlipan kaum hawa membuat saya merasa adem sejenak. hal yang tidak didapatkan selama semalaman di kapal. Hehehe...
Makan malam di Salah Satu Resto Batam

Begitu sampai di salah satu penginapan, raga yang sudah mulai mengantuk dan letih dari tadi langsung terbaring. Minggu pagi saya dihubungi paman untuk bertemu sekaligus bergereja bareng. Saya dijemput di penginapan dan beribadah di salah satu GKI (Gereja Kristen Indonesia) disana. Sepulangnya dari gereja kami sarapan dahulu sambil mengobrol tentang pengalaman yang dirasakan oleh paman saya selama ini. Sekali lagi waktu juga yang menjadi pembatas sehingga pertemuan hanya beberapa saat saja, saya kembali Ke Kantor Cabang Batam.

Tugas diselesaikan agar kami kembali ke Jakarta nanti tidak memliki beban lagi. Sebelum ke airport kami diajak untuk mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Batam (Nagoya-red). Ibu-ibu saling tawar menawar harga dan saya melihat mereka puas berbelanja disana. Harganya memang jauh lebih murah jika dibanding saat kita berbelanja di kota lain apalagi di Jakarta. Beberapa aksesoris, peralatan elektronik, telekomunikasi dan lainnya ditawarkan di Nsgoya.

Akhirnya waktunya kami meninggalkan kota Batam, kemi menuju Bandara Hang Nadim dengan cerita kami masing-masing. Sampai di Bandara ternyata bertemu dengan beberapa orang salebritis Indonesia (katanya sih gitu), dan mengambil sesi foto sejenak. Di dalam pesawat, saya sangat merasakan perbedaan pelayanan dengan maskapai swasta Li*n Air yang sering saya tumpangin. Perbedaan dari pelayanan pramugari/pramugara dan begitu juga dengan perbedaan karakter penumpang. Sebagai contoh, saat saya menggunakan maskapai swasta tersebut sebelum pesawat landing dengan sempurna maka para penumpang sudah sibuk menyalakan ponsel dan bersiap-siap mengambil barang. Hal yang tidak terjadi saat saya menggunakan maskapai dari pemerintah Indonesia (GIA), penumpang sangat tertib menunggu pesawat mendarat dengan sempurna.
Ibu-Ibu bersama Teuku Wisnu

Pose Sejenak Sebelum Take Off














Itulah beberapa pengalaman saya saat mengunjungi Pulau Batam, refresh sejenak di akhir pekan sambil menikmati indahnya Bumi Indonesia. Sampai jumpa di pengalaman-pengalaman lainnya guys....

Kembali Sesaat

Malam itu (9/01/2014) kumulai perjalanan menuju kota tempat aku mengecap beberapa pengalaman dan pelajaran dari yang tidak penting sampai yang sangat penting. Yap, saya kembali ke Semarang setelah kurang dari setahun tidak menginjakkan kaki disana. Ada perasaan De Javu saat menaiki kereta Tawang Jaya yang di waktu-waktu sebelumnya saya sangat sering menaikinya. Tujuan ke Semarang adalah menghadiri acara Resepsi Pernikahan salah seorang teman di kantor dan beberapa kepentingan lainnya. Kebetulan saya satu gerbong dengan teman-teman sekantor yang mempunyai tujuan sama. Karena memang pada dasarnya kami heboh sehingga perjalanan kurang lebih tujuh jam tidak begitu terasa dilalui. Sesampainya di Stasiun Poncol Semarang kami mengambil tujuan masing-masing, teman-teman menuju ke tempatnya dan begitu juga dengan saya.

Namun hal yang tidak saya harapkan terjadi, saya tiba-tiba drop (demam naik turun) yang mungkin diakibatkan oleh perubahan cuaca antara Semarang dengan Jakarta. Saya tetap memaksakan diri untuk beraktivitas seperti biasa karena kalau tidak begitu penyakit akan semakin mesra menggerogoti tubuh saya. Besoknya saya pergi ke acara Resepsi Pernikahan, disana banyak bertemu dengan rekan sekantor. Kami saling tegur sapa dan bersenda gurau karena ada juga rekan yang datang dari pulau seberang khusus ke acara tersebut.

Foto Bersama Kedua Mempelai dan Rekan-Rekan Seangkatan di Kantor
Perasaan bahagia yang menyelimuti kami membuat waktu juga tak terasa begitu cepat berlalu. Acara hampir selesai dan kami saling pamit tuk kembali. Rekan-rekan masih ingin menjalani kota Semarang sebelum kembali ke Jakarta, sementara saya masih menyelesaikan beberapa urusan yang memang sudah dari waktu yang lalu saya ingin menyelesaikannya.

Hal yang menarik saya rasakan di kota ini ialah hawa yang sangat bersahabat, keramahtamahan warganya, lalu lintas yang tertib dan banyak hal lain yang tidak saya dapatkan di kota tempat saya tinggal sekarang. hehehe..
Itulah yang membuat saya tertarik dan tidak pernah bosan untuk kembali lagi ke Semarang.


Hello 2014

Tik... Tik... Tik..
Berapa lama ya saya tidak ngeblog, berapa lama ya saya tidak bersapa tegur dengan tulisan ngawurku ini, apa saya sudah tidak perlu lagi menceritakan sebagian dari kisah hidupku atau apa saya yang tidak berani lagi menceritakannya.
Pertanyaan-pertanyaan teruntai ringan di otak kecilku, ada perasaan bersalah dan ada perasaan menyesal karena sudah begitu lama meninggalkan dunia ini (jurnalistik ngawur ala moreys).
Yasudahlah, toh ditanya juga akan dijawab sendiri. Lebih baik melanjutkan apa yang masih perlu dilanjutkan. Mari kita mulai saja...

Suasana Malam Tahun Baru di Monumen Nasional - 31-12-2013
Sebagai inspirasi awal saya ingin mengucapkan "Selamat Tahun Baru 2014" bagi sobat baik yang jauh dan dekat. Mohon maaf atas kesalahan yang disengaja dan tidak sengaja di Tahun 2013 kemarin. Semoga di Tahun Kuda ini kita dapat sama-sama berlari menuju kesuksesan dan pencapaian penting di dalam kehidupan kita masing-masing. Yang pasti tetap selalu menebar benih kebaikan karena serpihan kebaikan memang ditebar oleh Tuhan di alam ini. Kebaikan itu tidak hanya ada di peradaban tertentu. Untuk menuainya mungkin kita juga harus memiliki dan menebar jaring-jaring kebaikan. Mungkin.
Saya mengatakan 'mungkin' karena memang belum tentu bila kita menebar kebaikan akan mendapatkan kebaikan pula, mungkin akan mendapatkan cobaan berat yang kita sendiri tidak menyangka akan terjadi. Namun jika kita menebar kebaikan saja belum tentu menerima yang baik, bagaimana jika kita menebar yang tidak baik. Apa yang akan kita dapatkan. Hehehe...

Itu saja dulu tulisan kecil sebagai sapaan singkat saya untuk memulai tahun 2014 ini dengan SEMANGAT dan KEBAIKAN. ^_^






Ads 468x60px

Featured Posts

Social Icons

Christian Moreys Nainggolan | Create your badge