Floods Effect

Tiap Pagi saat saya membaca Headline di salah satu surat kabar yang selalu berisi tentang Floods, Floods dan Floods. Sudah lebih dari tiga hari saya membaca tentang banjir yang terjadi di kota tempat saya berdomisili, bahkan banjir di kota lain sejenak terlupakan. Di kota Manado terjadi banjir Bandang, di Kabupaten Karo Sumatera Utara juga terjadi Erupsi Gunung Sinabung namun mengapa banjir di Jakarta lah yang paling disorotin? Di benak saya terekam karena kota ini merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan, sedangkan di benak saya lainnya terekam jikalau banjir juga bisa berbau politis.


sumber : www.dapurpacu.com
Banjir memang membuat aktivitas menjadi kurang maksimal dilakukan, namun banjir di Jakarta bukanlah sesuatu hal yang baru terjadi. Di masa Pemerintahan Gubernur sebelumnya (Sutiyoso & Foke-red) banjir juga sudah mendarah daging. Berbagai solusi dicari untuk mengurangi debit air yang mengakibatkan banjir namun banjir tak kunjung mereda, sama halnya yang telah dilakukan Gubernur Jakarta saat ini (Jokowi-red). Komunikasi dengan Pejabat Pemerintah Daerah dan Pusat intens dilakukan demi mengurangi dampak banjir yang berkepanjangan. Banyak yang mendukung dan banyak juga yang mencela kinerja Jokowi-Ahok, apalagi menuju Pilpres 2014. Elektabilitas Jokowi yang kian menanjak menuju Pemilihan Presiden Tahun 2014 dijadikan boomerang akan kinerja beliau sebagai Gubernur DKI, meskipun sampai saat ini Jokowi belum menentukan sikapnya. Bila ditanya soal peluang Jokowi Nyapres di Pilpres 2014, beliau mengatakan "Saya ngurus banjir disini saja dulu."

sumber : www.tempo.co.id
Nada-nada sumbang yang kontra seperti Amien Rais mengatakan Jokowi harus meminta maaf kepada warga bahwasanya belum bisa menyelesaikan masalah banjir di Jakarta.  Ruhut Sitompul juga mengatakan Jokowi gagal memenuhi janji-janji sewaktu mencalon sebagai Gubernur DKI-Jakarta. Bahkan Politisi Gerindra Martin Hutabarat juga menyuarakan hal yang sama, dimana kita mengetahui sebelumnya Gerindra sangat mendukung Pemerintahan Jokowi-Ahok namun pada saat ini hal tersebut tampaknya sudah berubah.

Semakin banyak yang menyerang Jokowi-Ahok maka beliau akan semakin serius menangani masalah banjir dan sesuatu yang sah-sah saja nantinya jikalau elektabilitasnya akan terus meningkat pesat dibandingkan dengan calon-calon lainnya. 
Mantan Gubernur Sutiyoso dan Foke saja yang totalnya sudah 15 thn menjabat saja tidak bisa mengatasi banjir, masa yang 15 BULAN sudah dikatakan GAGAL mengatasi banjir? 

sumber : www.merdeka.com
Saya bukan Jokowi Lovers namun saya hanya menuliskan apa yang saya lihat dan rasakan. Pasti ada yang berbeda dengan opini yang saya sampaikan dan ada juga yang senada namun saya rasa itu tidaklah penting. Yang terpenting bagaimana usaha kita untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah banjir yang kerap terjadi selama ini. Seperti kata Jokowi "Jangan hanya rapat dan ngomong saja, yang penting itu action-nya"

Banjir Bandang Manado  
(www.sindonews.com)












Erupsi di Sinabung
(www.tribunnews.com)














Semoga korban banjir di Jakarta tetap semangat dan berharap agar masalah banjir segera terselesaikan,  begitu juga Korban Banjir Bandang di Manado dan Korban Erupsi Gunung Sinabung di Tanah Karo Sumatera Utara. 

God Blesses Indonesia...

Batam Merona

Sebuah pulau terlihat saat berlayar di KM. Kelud
Kring... Kring... Kring..
Telepon kantor berbunyi dan saya mengangkatnya, "Selamat Siang bagian Anggaran & Analisa Lapkeu, ada yang bisa dibantu?", "Saya ingin berbicara dengan Moreys", "Iya saya sendiri Bu" Dari suaranya saya sudah mengenali si ibu yang mengisyaratkan saya harus segera ke ruangan beliau. Sampai di ruangannya saya ditugaskan pergi ke Batam besok untuk menemani Bapak Ibu dari Kementerian Perhubungan melakukan verifikasi di Kapal dan Cabang. Saya pun mempersiapkan segala sesuatunya untuk tugas tersebut.

KM. Kelud Surabaya
Besok harinya saya pergi ke Pelabuhan Tanjung Priok tempat kami berkumpul menaiki kapal KM. Kelud menuju Batam. Banjir dan hujan deras menemani kemesraan pagi saya, begitu juga penumpang lainnya yang hendak menaiki kapal. Melihat keadaan yang kurang bersahabat, jadwal kapal pun diundur keberangkatannya sekitar 2,5 jam.
Di perjalanan awalnya saya merasa baik-baik saja karena sebelumnya juga sudah menaiki kapal tersebut Namun ombaknya memang beda saat itu, dikarenakan musim hujan yang tidak menentu sehingga goncangan kapal sangat terasa. Biasanya saya tidak pernah minum obat mabok, saya pun meminumnya tuk mengembalikan kondisi fisik saya. Bapak ibu dari Kementerian Perhubungan juga merasakan hal yang sama, padahal mereka sudah sangat sering menaiki kapal untuk melakukan tugas yang sama.

Verifikasi yang dilakukan di Kapal KM. Kelud

Bercanda tuk menghilangkan stress akibat  mabok ombak 

Beberapa aktivitas yang kami lakukan di kapal membuat waktu begitu cepat berlalu. Dari percakapan yang dilakukan dengan Nakhoda dan awak kapal, guyonan-guyonan kecil membuat kami semua terhibur dan rasa mabok alias puyeng pun hilang seketika.Saya juga berbincang-bincang sedikit dengan Penjaga cafe yang sudah memiliki asam garam dari kapal yang satu dan kapal lainnya. Jamuan mereka yang ikhlas membuat suasana menjadi lebih hangat, sayangnya waktu hanya sebentar saja dikarenakan kapal akan tiba di Pelabuhan Sekupang Batam. 

Bapak & Ibu dari Kementerian Perhubungan

Naik ke anjungan kapal saya melihat Nakhoda dan Mualim sedang serius saat kapal akan sandar, keseriusan mereka mengukur berapa jarak yang ditempuh agar kapal dapat berlabuh dengan sempurna. Sampai akhirnya kami pamitan kepada para awak kapal karena telah sampai tujuan dan menginjakkan kaki di Pulau Batam. Ini yang kedua kalinya saya ke Pulau yang bersebrangan langsung dengan negara tetangga, bedanya untuk perjalanan kali ini saya akan menginap satu malam.

Nakhoda dan Mualim bersiap tuk Kapal Sandar

Foto bersama Nakhoda KM. Kelud
























Kami langsung menuju Kantor Cabang Batam untuk melakukan kewajiban yang harus diselesaikan. Sekitar pukul 21.00 kami menuju tempat makan dan penginapan. Hawanya memang beda, pemandangan indah berupa kerlipan lampu-lampu dan kerlipan kaum hawa membuat saya merasa adem sejenak. hal yang tidak didapatkan selama semalaman di kapal. Hehehe...
Makan malam di Salah Satu Resto Batam

Begitu sampai di salah satu penginapan, raga yang sudah mulai mengantuk dan letih dari tadi langsung terbaring. Minggu pagi saya dihubungi paman untuk bertemu sekaligus bergereja bareng. Saya dijemput di penginapan dan beribadah di salah satu GKI (Gereja Kristen Indonesia) disana. Sepulangnya dari gereja kami sarapan dahulu sambil mengobrol tentang pengalaman yang dirasakan oleh paman saya selama ini. Sekali lagi waktu juga yang menjadi pembatas sehingga pertemuan hanya beberapa saat saja, saya kembali Ke Kantor Cabang Batam.

Tugas diselesaikan agar kami kembali ke Jakarta nanti tidak memliki beban lagi. Sebelum ke airport kami diajak untuk mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Batam (Nagoya-red). Ibu-ibu saling tawar menawar harga dan saya melihat mereka puas berbelanja disana. Harganya memang jauh lebih murah jika dibanding saat kita berbelanja di kota lain apalagi di Jakarta. Beberapa aksesoris, peralatan elektronik, telekomunikasi dan lainnya ditawarkan di Nsgoya.

Akhirnya waktunya kami meninggalkan kota Batam, kemi menuju Bandara Hang Nadim dengan cerita kami masing-masing. Sampai di Bandara ternyata bertemu dengan beberapa orang salebritis Indonesia (katanya sih gitu), dan mengambil sesi foto sejenak. Di dalam pesawat, saya sangat merasakan perbedaan pelayanan dengan maskapai swasta Li*n Air yang sering saya tumpangin. Perbedaan dari pelayanan pramugari/pramugara dan begitu juga dengan perbedaan karakter penumpang. Sebagai contoh, saat saya menggunakan maskapai swasta tersebut sebelum pesawat landing dengan sempurna maka para penumpang sudah sibuk menyalakan ponsel dan bersiap-siap mengambil barang. Hal yang tidak terjadi saat saya menggunakan maskapai dari pemerintah Indonesia (GIA), penumpang sangat tertib menunggu pesawat mendarat dengan sempurna.
Ibu-Ibu bersama Teuku Wisnu

Pose Sejenak Sebelum Take Off














Itulah beberapa pengalaman saya saat mengunjungi Pulau Batam, refresh sejenak di akhir pekan sambil menikmati indahnya Bumi Indonesia. Sampai jumpa di pengalaman-pengalaman lainnya guys....

Kembali Sesaat

Malam itu (9/01/2014) kumulai perjalanan menuju kota tempat aku mengecap beberapa pengalaman dan pelajaran dari yang tidak penting sampai yang sangat penting. Yap, saya kembali ke Semarang setelah kurang dari setahun tidak menginjakkan kaki disana. Ada perasaan De Javu saat menaiki kereta Tawang Jaya yang di waktu-waktu sebelumnya saya sangat sering menaikinya. Tujuan ke Semarang adalah menghadiri acara Resepsi Pernikahan salah seorang teman di kantor dan beberapa kepentingan lainnya. Kebetulan saya satu gerbong dengan teman-teman sekantor yang mempunyai tujuan sama. Karena memang pada dasarnya kami heboh sehingga perjalanan kurang lebih tujuh jam tidak begitu terasa dilalui. Sesampainya di Stasiun Poncol Semarang kami mengambil tujuan masing-masing, teman-teman menuju ke tempatnya dan begitu juga dengan saya.

Namun hal yang tidak saya harapkan terjadi, saya tiba-tiba drop (demam naik turun) yang mungkin diakibatkan oleh perubahan cuaca antara Semarang dengan Jakarta. Saya tetap memaksakan diri untuk beraktivitas seperti biasa karena kalau tidak begitu penyakit akan semakin mesra menggerogoti tubuh saya. Besoknya saya pergi ke acara Resepsi Pernikahan, disana banyak bertemu dengan rekan sekantor. Kami saling tegur sapa dan bersenda gurau karena ada juga rekan yang datang dari pulau seberang khusus ke acara tersebut.

Foto Bersama Kedua Mempelai dan Rekan-Rekan Seangkatan di Kantor
Perasaan bahagia yang menyelimuti kami membuat waktu juga tak terasa begitu cepat berlalu. Acara hampir selesai dan kami saling pamit tuk kembali. Rekan-rekan masih ingin menjalani kota Semarang sebelum kembali ke Jakarta, sementara saya masih menyelesaikan beberapa urusan yang memang sudah dari waktu yang lalu saya ingin menyelesaikannya.

Hal yang menarik saya rasakan di kota ini ialah hawa yang sangat bersahabat, keramahtamahan warganya, lalu lintas yang tertib dan banyak hal lain yang tidak saya dapatkan di kota tempat saya tinggal sekarang. hehehe..
Itulah yang membuat saya tertarik dan tidak pernah bosan untuk kembali lagi ke Semarang.


Hello 2014

Tik... Tik... Tik..
Berapa lama ya saya tidak ngeblog, berapa lama ya saya tidak bersapa tegur dengan tulisan ngawurku ini, apa saya sudah tidak perlu lagi menceritakan sebagian dari kisah hidupku atau apa saya yang tidak berani lagi menceritakannya.
Pertanyaan-pertanyaan teruntai ringan di otak kecilku, ada perasaan bersalah dan ada perasaan menyesal karena sudah begitu lama meninggalkan dunia ini (jurnalistik ngawur ala moreys).
Yasudahlah, toh ditanya juga akan dijawab sendiri. Lebih baik melanjutkan apa yang masih perlu dilanjutkan. Mari kita mulai saja...

Suasana Malam Tahun Baru di Monumen Nasional - 31-12-2013
Sebagai inspirasi awal saya ingin mengucapkan "Selamat Tahun Baru 2014" bagi sobat baik yang jauh dan dekat. Mohon maaf atas kesalahan yang disengaja dan tidak sengaja di Tahun 2013 kemarin. Semoga di Tahun Kuda ini kita dapat sama-sama berlari menuju kesuksesan dan pencapaian penting di dalam kehidupan kita masing-masing. Yang pasti tetap selalu menebar benih kebaikan karena serpihan kebaikan memang ditebar oleh Tuhan di alam ini. Kebaikan itu tidak hanya ada di peradaban tertentu. Untuk menuainya mungkin kita juga harus memiliki dan menebar jaring-jaring kebaikan. Mungkin.
Saya mengatakan 'mungkin' karena memang belum tentu bila kita menebar kebaikan akan mendapatkan kebaikan pula, mungkin akan mendapatkan cobaan berat yang kita sendiri tidak menyangka akan terjadi. Namun jika kita menebar kebaikan saja belum tentu menerima yang baik, bagaimana jika kita menebar yang tidak baik. Apa yang akan kita dapatkan. Hehehe...

Itu saja dulu tulisan kecil sebagai sapaan singkat saya untuk memulai tahun 2014 ini dengan SEMANGAT dan KEBAIKAN. ^_^






Ads 468x60px

Featured Posts

Social Icons

Christian Moreys Nainggolan | Create your badge