ROAD TO SEMERU PART 1



Kopi Sachet bulan Agustus

“Reys, bulan depan kita mau naik tapi tanggal pastinya belum ada, dalam minggu ini aku kabarin ya.”
“Naik kemana bro? tanyaku penasaran.”
“Ke Semeru ris, jawabnya.”
Waow dalam benakku tapi langsung kujawab “okey siap bro, kabarin saja nanti, aku menutup topik sembari menunggu kepastian.”
Begitulah sapaan singkat kami di sela-sela Rapat Bulanan di kantor. Aku terdiam sambil tetap fokus pada layar macbook sebagai bahan di rapat itu.

Rapat Berakhir

Sudah lama sebenarnya aku memiliki keinginan menghirup udara segar di Bumi Semeru, melihat keindahan alam para dewa jaman Kerajaan Hindu dulu dan memimpikan diri berdiri tegak di Puncak Mahameru. Bagi orang Bali Gunung Semeru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh para masyarakat Bali. Akkkhhh, hanya ilusi belaka. Sebagai seorang pemuda yang berumur lebih dari seperempat abad, aku pun belum pernah secara jujur mendaki gunung, hanya sebatas mendaki gunung di tempat aku berkuliah dengan ketinggian 2,050 mdpl dan itu pun tidak sampai ke puncak, bagaimana mungkin aku bisa ke Puncak Mahameru dengan elevasi 3,676 mdpl. Sekali lagi HANYA ILUSI BELAKA.

Aku pun tidak memikirkan tentang Pendakian ke Semeru di hari-hariku, aku menutupnya rapat dan beralih kembali ke kegiatan normalku. Tapi saat aku tidak memikirkannya, aku semakin merasakan kedekatan tuk mendekat kepadanya, ditambah lagi temanku mengabarkan kalau perjalanan sudah pasti akan terealisasi di Akhir Bulan September. Aku gundah-gulana hendak menjawab ikut atau akan menjadi penonton saja untuk yang kedua kalinya. Pertama kalinya di tahun lalu aku pernah diajak mendaki ke Gunung yang memiliki keindahan Segara Anak nya tapi aku masih berhalangan, apakah aku juga akan menolak panggilan keindahan alam untuk yang kedua kalinya?

Berawal dari Tekad

                  Agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hidup ini, kita harus mendengar jiwa kita. Untuk dapat melakukannya, kita perlu merasakan kesenyapan; yang ditakuti oleh sebagian besar orang, karena dalam kesunyian kita dapat mendengar kebenaran dan melihat pemecahan-pemecahan. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut berangkat mendaki ke Gunung Semeru bersama teman-teman. Aku mulai melist apa saja peralatan yang perlu dipersiapkan dan mulai latihan fisik sebagai daya tahan selama mendaki nantinya. Hampir setiap sore aku ke lantai 10 di kantor, dimana ada Ruang Treadmill disana, 20-30 menit cukup dalam sehari.
                   
                  Ternyata sebagai pendaki pemula, banyak juga persiapan yang harus dilakukan terutama dalam melengkapi peralatannya. Alat-alat seperti carrier, sleeping bag, matras, sarung tangan dan kacamata dapat aku pinjam, sementara sepatu, jacket, masker/buff, ponco/jas hujan, topi/kupluk harus kumiliki sendiri. Untuk tenda, kompor, nesting, flysheet, sekop, trashbag, jerigen, kompas, handy talky, dan lainnya kami persiapkan per team. Kami melakukan kordinasi teknis dan kelengkapan peralatan dengan sesama anggota di dalam group whatsapp. Jumlah anggota yang ikut sebanyak sepuluh orang namun tiga hari menjelang keberangkatan tepatnya pada saat kami hendak mengambil Surat Kesehatan di Puskesmas, ada satu orang teman yang siap untuk ikut dan kami pun mengikutsertakannya sekalian pergi bersama meminta Surat Kesehatan.

Perjalanan Dimulai


Tiba di Bandara Juanda Surabaya
                  Kamis sore pesawat Singa udara berangkat menuju Surabaya, kami ada 8 orang yang bareng bersama bertemu di Bandara Soekarno Hatta, ada aku, Mas Dhany, Mas Ivan, Kang Ariep, Kang Fathur, Kang Jay, dan dua orang Cewek Ranger Yuni dan Fauziah. Kami check in dan dipersilahkan langsung menaiki pesawat karena jadwal memang dipercepat. Perjalanan  udara lebih kurang 1 jam 15 menit ke Surabaya dan kami tiba dengan cuaca cerah malam itu sekitar pukul   20.00 WIB dengan perut keroncongan. Sebelum melanjutkan perjalanan kami sepakat mengisi kekosongan perut di salah satu Restoran Cepat Saji Amerika. Mangan Sego Ayam ditutup dengan es krim cokelat. Yummy….
                 
                  Perut sudah penuh kami pun memesan Taxi Online menuju basecamp sebelum bertolak ke Tumpang dini hari nanti, namun sewaktu menghubungi pemilik taxi, dia menolak menjemput kami dikarenakan regulasi taxi online memang dilarang di bandara tersebut. Kami akhirnya naik taxi resmi bandara Non Argo, harga sudah ditentukan sebelumnya untuk satu taxi selembar uang merah dan kami menyewa dua buah taxi. Jarak antara bandara dengan basecamp tidak terlalu jauh sebenarnya bila dilihat dari GPS, hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit perjalanan. Sesampainya di basecamp kami disambut dengan ramah oleh Mas Ari dan teman-temannya. Perkenalan singkat kami diselingi teman-teman yang beristirahat dan juga sholat sambil menunggu berangkat ke Tumpang pukul 02.00 dini hari nanti.

Persiapan Menuju Tumpang

Aku memutuskan untuk meletakkan keletihan tubuh yang berbobot 73 kg di atas sebuah karpet yang terlihat indah untuk disetubuhi, begitu juga dengan teman-teman lainnya, khusus untuk kaum hawa melepas letih di dalam kamar berlapis kasur empuk. Kami terlelap selama kurang lebih seratus dua puluh detik sampai Mas Dhani menngoncangku dan aku tidak ingat lagi akan apa yang sedang kumimpikan. Membereskan barang dan carrier untuk diangkut ke bis perjalanan menuju Tumpang.
Sholat Subuh di Tumpang

Di sela-sela Perjalanan menuju Tumpang kami menjemput sepasang suami istri yang juga ikut dalam rombongan kami. Sepasang suami istri tersebut yaitu Kokoh dan Mbak Nina. Kami menaiki Bis Elf yang disetir langsung oleh teman Mas Ari, dan kami terlelap selama di perjalanan sampai ke Tumpang. Sekitar pukul 04.00 WIB bis kami tiba di Tumpang dan mampir di sebuah Mesjid untuk Sholat Subuh, aku menunggu di dalam bis. Perjalanan dilanjutkan dan kami tiba di Basecamp tempat kami packing untuk meletakkan barang sebelum berangkat menuju pendakian ke Semeru. Teman-teman di Basecamp ramah dan bersahabat, mereka membantu kami untuk mempersiapkan segala sesuatunya di pendakian nanti. Aku yang belum terlalu paham hal packing ngepacking carrier pun mulai belajar cara bagaimana packing carrier yang baik.
Pernak-pernik Basecamp
                 
Basecamp di Tumpang
Hanya kurang lebih dua jam kami di Basecamp, dua buah jeep sudah siap menjemput untuk membawa kami ke kaki Gunung Semeru. Kami pun membawa tas dan perlengkapan ke jeep, tak ketinggalan kami berpose sejenak sebelum jeep bertolak ke Semeru meninggalkan basecamp.
              
          
Pose sebelum memulai perjalanan
Perjalanan menggunakan jeep dikelilingi pemandangan savana bernuansa eksotis merupakan pengalaman baru bagiku, kami pun berhenti sejenak untuk mengabadikan momen tersebut. Jeep kemudian melaju perlahan karena ada beberapa lubang besar dan kecil yang terkadang berpapasan dengan truk/pick up pengangkat sayur dan hasil perkebunan di daerah itu. Tak lama jeep mendarat sempurna di Pos Registrasi “Ranu Pane”, aku melihat sudah banyak para calon pendaki yang berasal dari segala daerah. Aku juga melihat pendaki dari Negeri Tetangga Malaysia yang didominasi oleh kaum hawa. Sungguh mulianya Mahameru sehingga begitu banyak pendaki yang hendak mencicipi keindahannya.
Selamat Datang di Desa Ranupani
Di tengah perjalanan ke Pos Ranu Pane via Jeep
Ranu Pane merupakan pintu utama untuk memulai pendakian di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kami disuruh untuk registrasi terlebih dahulu dengan menunjukkan Simaksi, KTP Asli dan kemudian masuk ke dalam ruangan melakukan Briefing. Seorang pemuda berbadan kurus berkulit gelap dengan rambut gimbal khas penyanyi reagge duduk di depan kami. Tangannya gagah memegang sebuah microphone layaknya seekor singa yang hendak mengaum menyapa para saudara di sekelilingnya, kami duduk beraturan.


Tim SAVER memberikan briefing
Mendengarkan Briefing
Briefing memang sesuatu yang wajib dilakukan sebelum mendaki ke Gunung Semeru, hal ini dikarenakan jumlah korban yang semakin lama semakin meningkat akibat kurangnya kehati-hatian ataupun antisipasi sebelum mendaki. Si Pemuda yang berasal dari SAVER (TIM RELAWAN GUNUNG SEMERU) menjelaskan secara detail mulai dari peta Gunung Semeru, hal-hal apa yang boleh dan tidak dapat dilakukan, menjaga sikap dan kekompakan team, dan yang paling penting adalah curhat suka duka yang dialami diselingi canda tawa layaknya mementaskan Sit Up Commedy.

Tidak terasa briefing sudah berjalan sekitar 30 menit dan sebelum mengakhirinya si pemuda mengatakan, “TUJUAN UTAMA BUKANLAH PUNCAK MELAINKAN KEMBALI KE RUMAH DENGAN SEHAT DAN SELAMAT.” Selamat Mendaki saudaraku...

                                                                                                                                                                 

                                                                                                                 

                                                                                                    To be continued.....

Ads 468x60px

Featured Posts

Social Icons

Christian Moreys Nainggolan | Create your badge